Menyadari Indonesia sebagai masyarakat majemuk tentu diperlukan rasa
toleransi yang tinggi di tiap individu. Penanaman toleransi dan rasa
saling menghormati tersebut dapat diberikan melalui banyak cara, tidak
terkecuali melalui film.
Berdasarkan hal tersebut, salah seorang peserta 1st International
Conference on Media, Communication and Culture di Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), yakni Tri hastuti Nur R dan Paramitha
Fajarin Nova memaparkan hasil penelitian mereka terhadap sebuah film
karya anak bangsa tentang pluralisme, “Tanda Tanya” besutan Hanung
Bramantyo. Penelitian berjudul “Narrative pluralism in Tanda Tanya Film”
itu ingin menunjukkan bagaimana hubungan antarmasyarakat di suatu
daerah yang memiliki etnis dan agama yang berbeda.
Mereka menggunakan metode narrative dengan analisis yang
digunakan berdasarkan cerita, latar, sudut pandang, dan karakter
tokohnya. Dalam film ini juga menunjukan bagaimana hubungan harmonisasi
dan situasi konflik antara masyarakat yang memiliki perbedaan etnis dan
Agama.
Dia menambahkan, film tersebut dengan jelas menggambarkan adanya
perbedaan dalam masyarakat Indonesia. Tidak hanya agama, tapi juga
perbedaan budaya yang dimiliki oleh masing-masing suku bangsa.
“Intinya, pada film ini Hanung ingin menggambarkan konsep pluralisme
yang di dalamnya ada sikap toleransi. Di sini dia menunjukkan
penggambaran tentang perbedaan ras antara China dan Jawa. Keluarga Tan
Kat Sun digambarkan dengan budaya China dan beragama Konghucu, sementara
keluarga Rika dan Menuk meski berasal dari budaya yang sama, yaitu Jawa
tapi memiliki agama yang berbeda, yakni Islam dan Katholik,”
Dengan adanya film ini masyarakat Indonesia bisa sadar akan
keberagaman Indonesia dan menghargai perbedaan yang ada. “Kenyataannya
Indonesia memang negara majemuk yang memiliki berbagai macam kebudayaan
dan perbedaan, sehingga kita seharusnya bisa hidup damai dan
berdampingan,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar